Tips Menggapai Konsistensi dalam Keimanan

Jakarta, NU Online  

Pengasuh Pesantren Bumi Shalawat KH Agoes Ali Masyhuri mengingatkan umat Islam agar dalam setiap persoalan apa pun, selalu bergantung kepada Allah swt. Bergantung kepada Allah adalah kunci setiap persoalan. Menurutnya, banyak lidah yang faseh mengucapkan ayat-ayat, tetapi hatinya lalai; ada yang khusuk dalam beribadah namun sibuk dalam kesendirian; ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis.

“Sering saya sampaikan dalam berbagai  kesempatan, manusia dilengkapi oleh Allah dengan insting dan perasaan maka gampang berubah, gampang terpengaruh oleh apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar,” kata Kiai Ali Masyhuri saat Istighotsah dan Doa Bersama yang diadakan Majelis Telkomsel Taqwa beberapa waktu lalu.

Gus Ali, demikian sapaan akrabnya mengatakan langkah cerdas pertama yang harus diusahakan agar seorang Muslim istikomah dalam ibadah, agar sejalan antara ucapan dan hatinya adalah berusaha bergaul dengan orang orang terbaik dan pilihan.

“Beberapa penelitian ilmiah menemukan, pengaruh keturunan, pengaruuh pendidikan, maaf, masih kalah kuat dan dominan dengan pengaruh pergaulan. Seluruh warga masyarakat Telkomsel, saya doakan mendapat rezeki rohani, diberi sahabat-sahabat yang jujur dan juga saleh. Insyaallah berkah dan diselimuti kesuksesan, sukses di dunia dan sukses di akhirat,” harap Gus Ali pada acara yang digelar secara virtual itu.

Untuk melihat kualitas keimanan seseorang, ia mengingatkan, tidak usah diteliti dan tanyakan berapa kali hajinya, berapa kali umrahnya, berapa puluh tahun mondoknya, serta kuliah di mana. “Kita cukup melihat siapa teman dekatnya. Bahasa pojok kampung yaitu wong apik soko pengaruhe konco, wong bejad lan rusak soko pengaruhe konco (Orang baik karena pengaruh teman; orang jahat karena pengaruh teman),” bebernya

Gus Ali megutip pernyataan Hujjatul Islam al Imam Abdi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ‘Seseorang tidak akan bisa menjadi teman yang akrab dan sejati manakala tidak ada kesamaan hobi dan kelakuan’. Artinya, orang yang akan bersama itu belum tentu mereka adalah sahabat.

“Sahabat mu sejati adalah orang yang mau mendekat, orang yang mau mengerti, orang yang mau membantu tatkala kamu sedang dirundung kesulitan dan kesusahan,” kata Gus Ali.

Tahapan perbaikan iman
Ia meneruskan, dalam kesempatan lain Nabi saw bersabda yang artinya tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidaklah lurus hatinya sehingga lurus lisannya.

“Hadits ini mengandung pelajaran berharga, perbaikan iman harus melalui perbaikan hati sedangkan perbaikan hati, harus melalui perbaikan lisan.

Gus Ali menyarankan agar seseorang yang ingin konsisten dalam keimanan harus mencari lingkungan yang baik dan mendukung karena seseorang gampang terpengaruh oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidaklah lurus hatinya sehingga lurus lisannya.

Gus Ali menggambarkan kalau skripsi butuh dosen pembimbing, tesis butuh dosen pembimbing, disertasi juga butuh dosen pembimbing, begitu juga berjalan menuju Allah tentunya lebih membutuhkan dosen pembimbing. Teman dan lingkungan adalah pembimbing dalam mencapai keteguhan iman.

Istiqomah, kata Gus Ali, lahir dari kondisi iman yang benar serta mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Iman yang benar ditemukan dari petunjuk yang digariskan Rasulullah, melahirkan apa yang dinamakan istiqomah. Bila istiqomah mengalir di hati, menjadi hati yang jernih, bila hati jernih mudah disentuh oleh nur illahi yang bersumber dari kitabbullah dan sunah-sunah Rasulullah saw.

“Bila hati telah jernih, akan terasa sakit bila terkena goresan-goresan pisau kemaksiatan. Seseorang yang berhati jernih, sekecil apa pun kebaikan akan mudah tumbuh dan berkembang, kokoh spiritual, mapan intelektual,” tutupnya.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori

https://www.nu.or.id/post/read/131678/tips-menggapai-konsistensi-dalam-keimanan