Surabaya, NU Online Jatim
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menilai film pendek hasil produksi kreator YouTube asal Bangkalan, Madura bernama Akeloy Production berjudul ‘Guru Tugas’ telah menuai berbagai kecaman dari semua kalangan.
Pasalnya, film pendek tersebut menceritakan seorang guru asal Jember yang dipindah tugas ke Bangkalan, lalu melecehkan seorang siswinya. Yang menjadi sorotan, film itu memiliki latar belakang bahasa Madura dan agama Islam.
Sekretaris PWNU Jatim, Prof Akhmad Muzakki memberikan respons terhadap film berdurasi sekitar 30 menit itu. Menurutnya, film itu sangat rawan menyinggung salah satu etnis.
“Kalau bikin konten itu, lalu menggunakan nomenklatur budaya etnis tertentu, rawan. Ini yang harus dijaga di semua ruang publik. Karena pasti asumsi dan implikasi akan dipandang urusan SARA,” ujarnya yang dikutip dari suarasurabaya.net, Sabtu (11/05/2024).
Menurutnya, film ‘Guru Tugas’ tidak memiliki unsur edukasi yang berdampak besar bila dibandingkan dengan unsur negatifnya. Hal ini yang semestinya harus diperhatikan oleh para kreator film. “Kalau dilihat, walaupun ada orang tidak mengerti bahasa Madura, tapi ada subtitle,” katanya.
Ia menyebut, film tersebut hanya menunjukkan relasi kuasa antara guru dan murid yang berujung pelecehan seksual tanpa ada kesimpulan positif yang bisa diambil.
Bahkan, film tersebut tidak layak dikonsumsi oleh publik karena minimnya pengalaman dan pembelajaran yang bisa diambil. Publik juga akan berasumsi bila film itu dibuat hanya untuk menaikkan viewers.
“Menurut saya, yang begini-begini di Barat saja tidak pernah diproduksi untuk publik. Urusan begitu dipublikasi untuk public, maka asumsi yang berkembang untuk kepentingan konten semata, menaikkan viewers, ini kan ironis sekali,” tuturnya.
Pihaknya pun mendukung langkah kepolisian untuk mendalami para pembuat film itu yang diduga mengandung unsur SARA. Selain itu, Muzzaki berharap agar film ‘Guru Tugas’ segera di take down supaya tidak semakin meluas.
“Konten-konten seperti ini agar segera di-take down dari aplikasi manapun. Walaupun kita tidak menjamin tidak akan beredar, karena sudah beredar luas. Minimal sumber-sumber yang selama ini menjadi tontonan banyak orang di-take down,” jelasnya.
Muzzaki menyatakan, pihak PWNU Jatim terus berupaya mensosialisasikan ruang media sosial kepada publik. Terutama di lingkup pendidikan agar anak-anak memiliki pemahaman sejak dini.
“PWNU beberapa waktu terakhir ini mencoba melakukan spiritualisasi ruang public dan media digital karena dampaknya besar. Anak milenial GenZ sekarang tidak lagi menonton TV tapi mengakses layanan digital. Ruang publik digital itu yang didampingi PWNU Jatim,” tandasnya.
