Pandangan Cak Nur soal Harkat Martabat Manusia menurut Gus Nadir

Jakarta, NU Online
Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Monash, Australlia, Gus Nadirsyah Hosen atau lebih dikenal dengan Gus Nadir menjelaskan pandangan cendekiawan Muslim Nurcholish Majid soal kemanusiaan. Menurutnya, manusia merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna. Tetapi, di sisi lain juga bisa menjadi sangat rendah serendah-rendahnya.

“Menurut Cak Nur, manusia adalah puncak ciptaan Tuhan dan Makhluk-Nya yang tertinggi. Tapi manusia itu bisa menurun derajatnya menjadi serendah-rendahnya makhluk. Kecuali mereka yang beriman dan berbuat kebaikan,” kutip Gus Nadir dari salah satu makalah Cak Nur saat mengisi webinar dalam rangka puncak peringatan Haul ke-16 Cak Nur, Ahad (29/8/2021).

Gus Nadir melanjutkan, dari kutipan itu, Cak Nur mendasari argumennya berdasarkan Surat At-Thin ayat empat yang berbunyi, laqad khaqalnal insâna fî ahsani taqwîm; sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Korelasi pemikiran Cak Nur dengan ulama tafsir
Dalam acara yang bertajuk Iman dan Emansipasi Harkat Kemanusiaan itu, Gus Nadir mengungkapkan bahwa pemikiran Cak Nur soal harkat dan martabat manusia selaras dengan apa yang dijelaskan para ulama tafsir.

“Imam Al-Qurthubi dengan mengutip pernyataan Ibnul ‘Arabi mengungkapkan, Allah swt tidak memiliki ciptaan yang lebih baik dari manusia. Manusia bisa hidup, mengetahui, memiliki kemampuan, kehendak, berbicara, mendengar, melihat, dan bisa mengatur,” jelas Gus Nadir.

“Sebetulnya, ini semua adalah sifat dari Allah ta’âlâ yang dimanifsetasikan dalam bentuk mausia,” imbuhnya.

Dalam tafsir tersebut terdapat sebuah kisah anekdot. Ada seorang laki-laki bernama Isa bin Musa al-Hasyimi yang sangat mencintai istrinya. Saking cintanya, ia pernah memuji istrinya, tapi dengan pujian yang aneh. Isa berkata kepada istrinya bahwa ia akan melakukan talak tiga jika sang istri tidak mampu menjadi seindah rembulan.

Menyadari hal ini mustahil, sang istri pun meminta untuk ditalak saja. Kini Isa merasa khawatir dan mengadukannya pada Khalifah Al-Manshur. Dikumpulkanlah ulama, namun semuanya memutuskan talaknya jatuh. Tapi ada satu ulama pengikut Madzhab Hanafi yang berargumen tidak jatuh talaknya. Alasannya karena manusia tetap lebih indah dari apapaun, termasuk rembulan.

“Atas dasar inilah Imam Al-Qurtubi berkesimpulan bahwa manusia adalah makhluk terbaik, dzâhiran wa bâthinan,” tutur Gus Nadir.

Dalam momen itu, Gus Nadir juga mengutip ungkapan Cak Nur yang menjelaskan bahwa manusia secara fitrah adalah makhluk mulia, tetapi karena berbagai hal yang muncul akibat kelemahannya sendiri, manusia bisa menjadi makhluk yang paling hina.

Penjelasan Cak Nur itu senada dengan Prof. Quraisy Shihab dalam Tafsir Al-Misbah yang menjelaksan bahwa manusia bisa kembali pada kondisi yang tidak baik, yaitu saat ruh ilahi belum menyatu dengan diri kemanusiaan. Jadi, manusia bisa mencapai tingkat setinggi-tingginya, apabila terjadi perpaduan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani.

“Tapi kalau manusia hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja, apalagi jika dilakukan dengan nafsu, maka dia akan dikembalikan pada proses awal kejadian sebelum ruh ilahi menyentuh dengan ruhnya,” pungkas Gus Nadir.

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan

https://www.nu.or.id/post/read/131047/pandangan-cak-nur-soal-harkat-martabat-manusia-menurut-gus-nadir