Kiai Luqman Hakim Ibaratkan Tawasul seperti Menyambungkan Sinyal

Jakarta, NU Online

Pakar sufi, KH LUqman Hakim mengibaratkan tawasul adalah upaya untuk saling menyambungkan sinyal dalam dunia telekomunikasi modern. Adanya saling keterhubungan menjadikan orang dapat saling menolong satu sama lain.

Ia mengatakan melalui tawasul umat Islam pada hakikatnya meminta tolong kepada Allah lewat orang yang diberi kompetensi atau kemampuan oleh Allah yaitu para nabi, auliya, para hamba-Nya yang dekat kepada Allah.

“Dunia telekomunikasi saling menolong satu sama lain, dunia tawasul seperti itu. Rasulullah diberi kekuatan besar oleh Allah yang begitu kita men-chanel-kan diri bisa online dengan Allah swt. Begitu juga jika kita menyambungkan kepada para auliya kita chanel dengan satelit yang luar biasa,” kata Kiai Luqman Hakim saat mengisi doa bersama yang digelar Majelis Taqwa Telkomsel beberapa waktu lalu.

Karena itu, dalam tawasul umat Islam menyertakan kalimat Ila hadrati. Tujuannya supaya tersambung. “Agar kita yang banyak salah dan dosa ini langsung di-online-kan kepada Allah swt,” terangnya.

Pengasuh Ma’had ‘Aly Roudlotul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat ini menegaskan tolong menolong sudah diperintahkan Allah seperti tersebut di dalam Al-Qur’an: Saling tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketakwaan.

Manusia pada hakikatnya tidak bisa menolong orang lain, bahkan dirinya sendiri. Tetapi oleh Allah manusia diberi kompetensi atau kemampuan sehingga ketika saling menolong, artinya sedang terhubung dengan Allah. Karena itu saat saling menolong harus didasari dengan niat Lilahi taala atau mencari keridhaan Allah. Hal ini supaya ada keterhubungan dengan jaringan ilahiah sehingga upaya tolong menolong itu diterima.

Selain itu, tolong menolong juga harus di luar dari gerakan dosa, permusuhan, antagonisme. Sebab, hal itu dapat menghancurkan dunia dan dilarang oleh Allah.

Bentuk tolong menolong adalah saling mendoakan. Saat berdoa, seperti dicontohkan Rasulullah, diawali dengan zikir-zikir. “Rasulullah mengajari ketika berdoa diawali hamdalah lalu shalawat, agar kita menuju Allah kita ini benar-benar sebagai hamba yang sedang fakir, hina dina, tak berdaya, lemah. Ini adalah tiang kehambaan, kefakiran, ketakbedayaan kehinaan,” jelas Kiai Luqman.

Ia menekankan, saat berdoa harus diwujudkan kehiandinaaan kepada Allah. Sebab dari situlah ada rahasia dan pertolongan Allah.

Dalam Al-Qur’an, kata Kiai Luqman Hakim, disebutkan umat Islam harus memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar, tidak tergesa-gesa, dan tidak emosional. “Inilah kunci-kunci kita memohon pertolongan kepada Allah,” imbuhnya.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan

https://www.nu.or.id/post/read/131096/kiai-luqman-hakim-ibaratkan-tawasul-seperti-menyambungkan-sinyal