Dua Kitab Manasik Haji Karya KH Bisri Musthofa: Potret Perjalanan dan Panduan Ibadah Haji Tempo Dulu

Oleh: Akmal Khafifudin
 

Kiai Bisri Mustofa dikenal sebagai penulis tafsir Al-Ibriz dan telah menulis serta menerjemahkan berbagai kitab dalam berbagai bidang keilmuan. Salah satu dari karyanya adalah dua kitab tentang ibadah Haji. Yang pertama adalah “Tuntunan Ringkas Manasik Haji” dan yang kedua adalah “Mudzakarah Juyub Al – Hajji” (Catatan Saku Jamaah Haji).

Kedua kitab ini mulai ditulis di tahun yang sama, yakni pada tahun 1382 H. Bedanya kitab Tuntunan Ringkas Manasik Haji ini ditulis lebih dulu pada 1 Rabius Tsani 1382 H / 31 Agustus 1962 dan kitab Mudzakarah Juyub Al – Hajji ini ditulis pada 2 Syawal 1382 H / 26 Februari 1963.
 

Dua kitab ini memiliki tema yang sama, akan tetapi memiliki corak pembahasan yang berbeda. Jika pada kitab pertama Kiai Bisri menceritakan secara rinci pengalaman haji beliau di tahun 1381 H, maka pada kitab kedua beliau memaparkan secara ringkas tentang do’a – do’a yang dibaca selama prosesi ibadah Haji berlangsung dan saat berziarah ke makam Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam serta saat berziarah ke tempat mulia lainnya

Yang istimewanya lagi, kedua kitab ini ditulis menggunakan dua bahasa yang berbeda. Jika Kiai Bisri menulis ke dalam bahasa Jawa dengan menggunakan aksara Arab Pegon pada kitab pertamanya, maka pada kitab keduanya ia menulis dalam bahasa Indonesia dengan harakat Arab Pegon.
 

Di kitab pertama ini, beliau menyertakan foto beberapa tempat di tanah suci sesuai dengan tiap bab pembahasannya. Dalam mukaddimahnya, Kiai Bisri menjelaskan tujuan penulisan kitab ini sebagai berikut :
 

“Tuntunan Ringkes Manasik Haji punika bade suka keterangan mawi coro ingkang gampil kefaham. Inggih meniko namung acrios. Dados boten kados umumipun kitab – kitab bab haji”
 

Artinya : “Tuntunan ringkas manasik haji ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, yakni dengan bahasa cerita yang komunikatif, sehingga tidak seperti kitab – kitab atau buku – buku pedoman haji pada umumnya”

Adapun tujuan penulisan di kitab kedua, Kiai Bisri menerangkan sebagaimana berikut

“Do’a-do’a dan bacaan-bacaan ini sengaja dicetak dalam buku yang berbentuk kecil mungil agar dapat selalu dibawa oleh yang berkepentingan dengan ringan. Tetapi juga dengan huruf-huruf agak besar dan terang. Sehingga diwaktu thawaf, sa’i, wukuf, dsb. Orang dapat membaca dengan menelaah saja dan tidak usah dengan susah payah menghafadzkannya / menghafalkannya.”

Materi yang disajikan dalam kitab pertama ini, tidak hanya terbatas tentang permasalahan seputar fiqih haji saja. Melainkan dibahas pula tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat haji seperti mempersiapkan nafkah bagi anak-anak di rumah,  berpamitan serta meminta restu kepada para sesepuh baik itu ulama, orang tua, dan kakek / nenek agar perjalanan ibadah hajinya diberikan kewilujengan (keselamatan) tanpa ada halangan apapun. Dalam menceritakan pengalamannya, Kiai Bisri disini memaparkan modal transportasi hajinya yang tempo dulu masih menggunakan kapal laut dan memakan waktu berbulan-bulan lamanya.

Kiai Bisri pada kitab pertamanya ini juga menganjurkan untuk tidak perlu membawa banyak barang bawaan agar koper dan tas tenteng mudah dibawa sendiri. Untuk obat-obatan pun tidak perlu membawa banyak. Dikarenakan jama’ah haji Indonesia kala itu sudah didampingi oleh tim medis dari tanah air.
 

Setelah pembahasan mengenai prosesi ibadah haji telah usai, beliau melanjutkan pembahasan kitab pertama tadi dengan ziarah ke makam Rasulullah di Masjid Nabawi dan anjuran mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Madinah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup Rasulullah. Adapun sebagai bab penutup di kitab pertama ini, ada beberapa nasehat dan anjuran dari Kiai Bisri berkaitan beberapa tips bagi jama’ah haji Indonesia agar tubuhnya fit dan imunnya tetap terjaga selama menjalankan ibadah haji di tanah suci.

Sedangkan di kitab kedua, dari daftar isinya dapat kita ketahui bersama bahwa runtutan alur penulisan yang dilakukan oleh Kiai Bisri sama persis dengan kitab pertamanya. Namun di kitab Mudzakarah Juyub Al – Hajji ini terdapat sebuah enskripsi terkait dengan selesainya penulisan kitab ini. Tertulis di halaman terakhir, bahwa kitab ini selesai ditulis pada tanggal 11 Dzulqo’dah 1383 H / 05 April 1964 M.
 

Berbeda dengan kitab pertama tadi yang dihalaman terakhir tidak dijumpai enskripsi kapan kitab Tuntunan Ringkas Manasik Haji selesai ditulis. Dari dua kitab tersebut dapat kita simpulkan bahwa ibadah haji tidak hanya sekedar ibadah fisik, banyak hal seperti moral, moril, dan dana lebih yang perlu dipersiapkan secara matang menjelang keberangkatan menuju tanah suci. Wallahu A’lam Bishowwab.


https://jatim.nu.or.id/pustaka/dua-kitab-manasik-haji-karya-kh-bisri-musthofa-potret-perjalanan-dan-panduan-ibadah-haji-tempo-dulu-pOB1e