Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa

Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa
Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa

Oleh: Lek Basyid Tralala (Pengurus Pergunu Kab. Kendal) 

nujateng.com Guru merupakan profesi terhormat di masyarakat. Banyak tulisan yang mengapresiasi terhadap kinerja guru setiap saat. Mulai dari peran, tanggung jawab, hingga sampai kesejahteraan guru.  Bahkan tidak sedikit pula artikel yang menulis tentang guru sebagai pahlawan pendidikan. Terlepas dari itu semua ada satu yang layak dikedepankan adalah ketangguhan seorang guru  tatkala melaksanakan tugas sebagai pendidik. 

Ketangguhan guru sebagai pendidik tidak diragukan lagi. Ketangguhan seorang guru tidak lepas dari tanggung jawab profesi yang dipikulnya. Seorang guru rela  menerabas hutan, atau menyusuri sungai dalam melaksanakan tugasnya.  Jalan becek berkilo–kilo meter tetap tidak menyurutkan langkahnya untuk bisa hadir dalam kelas. Potret–potret ketangguhan guru merupakan bukti jika banyak guru yang bekerja dengan hati.  

Ketangguhan guru juga sebagai jawaban atas kritik menerpa dirinya. Para pengamat pendidikan sering memberi kritik yang menohok soal kualitas pendidikan. Berbagai narasi mereka gulirkan dalam kritik tersebut. Namun oleh guru, kritikan bak angin yang melintas, cukup didengar dan tak perlu dijawab. Karena yang tahu masalah pendidikan di lapangan bukan pengamat pendidikan tapi bapak ibu guru itu sendiri.  

Ketangguhan guru juga identik dengan kesabaran dalam mendidik. Bapak ibu guru tetap hadir dalam kelas walau anak diberi pendidikan sedikit bandel di saat pembelajaran. Kebandelan anak didik  adalah tantangan tersendiri bagi bapak dan ibu guru dalam merumuskan metode pembejaran. Pemilihan metode pembelajaran sangat, menentukan keberhasilan pembejaran. Bila pemilihan metodenya tepat maka pembelajaran bisa memberi pengalaman baru, sehingga anak didik yang terlibat dalam pembelajaran bisa seratus persen.  

Ketangguhan guru adalah bekerja sambil belajar. Guru itu pekerjaan (profesi). Seseorang yang berprofesi sebagai guru mereka dituntut harus belajar setiap waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa guru harus rajin–rajin membuka buku. Tuntutan jaman dan perubahan kurikulum juga menuntut guru harus terbaru setiap waktu. Bahkan regulasi tentang tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru terus mengalami perkembangan seirama tuntutan keadaan. 

 Bekerja sambil belajar yang dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru tidak boleh stagnan dalam pengetahuan. Guru harus berkembang dan terdepan dalam  teknologi dan inovasi dalam pembelajaran.  

Namun fakta berbicara lain tentang guru ketika menyoal tentang kesejahteraan. Kesejahteraan merupakan pendukung utama kenyamanan beraktivitas. Banyak guru yang mendapat gaji di bawah kelayakan hidup entah itu yang ada di kota maupun di desa. Kondisi ini semakin mengukuhkan jika guru tangguh dalam bidang ekonomi. 

Bukti ketangguhan seorang guru juga perlihatkan  oleh Sri Hartuti (43 tahun) asal  Kecamatan Karangayar Kab. Ngawi. Beliau seorang guru SD yang setiap harinya hidup serumah dengan kambing peliharaan. Mengutip detik.com, Sri Hartuti sudah sejak 2007 menjadi GTT di tempatnya bekerja. Namun sempai sekarang belum mendapat kesempatan untuk menjadi PPPK atau ASN di lingkungan dinas pendidikan. 

Padahal kehadiran guru di tengah masyarakat, tidak hanya memberikan pembelajaran anak didiknya tapi juga bagi masyarakat tentang pentingnya ketangguhan dalam berkarya. Ketangguhan tanpa batas yang dilakukan oleh guru sebagai wujud atas rasa syukur guru kepada Allah SWT atas tanggung jawab profesi yang diembannya. Sehingga para guru tetap tidak tergoyahkan semangatnya walau para guru mendapat gaji masih di bawah kelayakan hidup saat.

Guru bak pelita dalam kehidupan. Guru selalu berusaha tampil bersahaja di setiap kesempatan.  Guru sering menjadi sorotan manakala guru melakukan kekhilafan. Guru juga manusia. Ketika berbuat baik itu hal yang biasa, namun tatkala salah pemberitaan dan cacian datang luar biasa.

Guru laksana samudra tak bertepi. Dengan keleluasan kesabaran dan kasih sayang guru mendidik anak didiknya. Pada diri guru jauh dari rasa dendam atau benci kepada anak didiknya. Seberapun nakal anak didiknya guru  guru tetap didepannya guna memberikan bimbingan  dengan lemah lembut dan kasih sayang.  

Mendidik  dengan cinta tidaklah mudah. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan tinggi.  Pendidikan yang dilakukan dengan kasih sayang akan melahirkan generasi yang peduli,   generasi yang peka dengan keadaan sosial, demokratis, toleran, penuh persaudaraan dan perdamaian. 

Guru bagi anak didiknya adalah motivator. Guru merupakan sosok penting dalam proses pembelajaran. Keberadaan dalam pembelajaran bisa sebagai motivasi tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Motivasi yang dilakukan oleh guru bisa secara langsung atau tidak langsung. Motivasi secara langsung bisa diwujudjan dengan kata–kata yang bijak. Sedangkan motivasi yang tidak secara langsung seperti pemberian hadiah, reward atau pemberian tanggung jawab.    

Guru juga fasilisator pembelajaran untuk anak didiknya. Di masa pandemi Covid-19 guru dituntut lebih ekstra dalam membimbing anak didiknya. Mengingat di masa pandemik seperti ini proses pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh. Sehingga guru tidak bisa bertatap muka. Sebagai solusinya gurupun harus sering–sering melakukan kunjungan manakala anak didiknya tidak terlibat dalam pembelajaran. 

Melihat tanggung jawab guru yang demikian luar biasa, tidak ada salahnya jika kesejhteraan  guru lebih dikedepankan agar ketangguhan guru semakin tangguh.  (Redaksi)

https://nujateng.com/2021/12/pahlawan-tanpa-tanda-jasa/

Author: nu jateng