Almarhum KH. Sunarto: Daerah yang Ada Ulamanya Seperti Hutan yang Ada Macannya

Almarhum KH. Sunarto Daerah yang Ada Ulamanya Seperti Hutan yang Ada Macannya
Almarhum KH. Sunarto Daerah yang Ada Ulamanya Seperti Hutan yang Ada Macannya

NU Online Ponorogo – Keluarga Besar NU Ponorogo, khususnya warga Nahdliyin di Jenangan dan Pondok Pesantren Al-Islam Joresan baru saja kehilangan putra terbaiknya. KH. Sunarto Rais MWC NU, juga Ketua MUI Kecamatan Jenangan, Selasa (6/7) pukul 06.00 wafat karena sakit. Kepergian Kyai Narto, sapaan akrabnya, tidak hanya menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga dan umat, tapi juga kehilangan sosok Kyai yang tulus berjuang dan konsisten dalam mencintai ilmu.

Sebuah potongan rekaman video Kyai Narto saat berceramah di depan para santri asrama putra PP.Al-Islam Joresan, Rabu (7/4) lalu dapat menjadi gambaran kecintaan almarhum terhadap ilmu, terutama kitab kuning. Dalam rekaman video berdurasi 1 menit, 42 detik yang telah tersebar di berbagai komunitas medsos ini Kyai Narto menyatakan kegelisahannya yang mendalam atas kepergian ulama.

Dikatakannya dalam rekaman video itu, pada masa sekarang keberadaan ulama yang mampu membaca kitab kuning dengan baik sudah sulit dijumpai. Di sisi lain, sebut Kyai Narto, ada ribuan bahkan jutaan sarjana yang setiap tahun diluluskan perguruan tinggi.

“Tapi, nyuwun sewu, ada ulama yang meninggal, mungkin belum tentu sepuluh tahun lagi atau dua puluh tahun lagi ada penggantinya. Tapi, kalau ada pejabat mati, Bupati mati, Gubernur mati, Camat mati, umbrukan (berlimpah ruah) yang mengantri di belakangnya. Ini yang harus kita ingat-ingat,” kata Kyai Narto yang sudah memimpin MWC NU Jenangan tiga periode ini.

Bagi Kyai Narto, suatu daerah atau suatu Desa yang di situ masih ada ulama atau Kyai yang menguasai kitab kuning seperti hutan yang masih ada macannya. “Coba marilah ini kita pikirkan betul-betul,” tandasnya seakan menyadarkan para santri untuk menekuni kitab kuning.

Kecintaan Kyai Narto terhadap kitab kuning dibenarkan Mulyono, M.Pd.I Sekretaris MWC NU Jenangan.
“Yang kita harus merasa malu, beliau ‘alim, banyak ilmu, tapi sehari-hari masih ngaji, juga menuntut ilmu kepada Kyai Thoha Pondok Gentan, Ngrupit setiap hari Ahad pagi,” ungkapnya.

Mulyono menyatakan kekagumannnya kepada kelebihan almarhum Kyai Narto lainnya dalam menghargai sanad keilmuan. “Yang perlu di contoh oleh Kyai-kyai muda, setahu saya kalau beliau diundang untuk memberi ceramah, saat ceramah buka kitab. Itu khas yang perlu dipertahankan bahkan dilanjutkan oleh Gus-gus kita,” ujarnya.

Di mata Mulyono, sosok Kyai Narto merupakan pribadi yang sangat enthengan dan layak dijadikan uswatun hasanah bagi organisasi dan orang – orang di sekitarnya.

“Beliau (Alm. Kyai Narto, Red) aktif sekaligus menjadi contoh. Selama menjabat Rais MWCNU Jenangan, selain aktif juga senantiasa menghadiri acara, kecuali ada uzur, benar-benar uzur. Juga datang lebih awal,” tutur Mulyono.

Mulyono juga menyebut beberapa karakter Kyai Sunarto yang dikenalnya semasa hidupnya, di antaranya selalu berbicara seperlunya dan menghargai siapa saja yang ditemuinya. “Bicara secukupnya, menghindari pembicaraan hal yang tidak penting, apalagi lebih dari itu. Pribadinya sangat mengorangkan orang, santun ramah kepada orang lain, termasuk kepada yang lebih muda. Ceramah-ceramahnya menyejukkan hati bagi yang mendengarnya,” imbuhnya.

Sementara ribuan lantunan do’a dipersembahkan berbagai pihak mulai kemarin, Selasa (6/6) sore. Moh. Khoirul Anwar Ketua Pimpinan Cabang Jam’iyatul Qurra’ wa al-Huffaz (JQH) NU Ponorogo menyampaikan para alumni Pondok Pesantren (MTs/MA) Al-Islam Joresan setiap hari membaca kalimat tayyibah yang dihadiahkan kepada almarhum Kyai Narto. “Rata-rata setiap orang (alumni, Red) mendapat jatah seribu kali membaca fida’ (kalimat tayyibah, Red),” kata Anwar yang juga kolega almarhum Kyai Narto di PP. Al-Islam Joresan kepada NU online Ponorogo.

Saat berita ini ditulis, Pengurus Ranting Nahdlatu Ulama (PRNU) Tanjungsari, Jenangan juga merencanakan pembacaan tahlil secara virtual, tepat pada hari ketiga wafatnya almarhum Kyai Narto. Pembacaan tahlil akan dipimpin Ketua PRNU Drs. KH. Mustain dan doa dipimpin KH. Imam Mahfudz Ketua Takmir Masjid Jami’ Umar Shodiq Tanjungsari.

Reporter: Idam
Editor : Budi

https://nuponorogo.or.id/almarhum-kh-sunarto-daerah-yang-ada-ulamanya-seperti-hutan-yang-ada-macannya/

Author: Tim Redaksi