Syarat agar Kehidupan Perempuan Afghanistan Lebih Baik di Bawah Pemerintahan Taliban  

Jakarta, NU Online

Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat, Etin Anwar menjelaskan terkait harapan terbentuknya kesetaraan gender bagi perempuan Afghanistan pada era pemerintahan Afghanistan di bawah tampuk kekuasaan Taliban saat ini. 

Pada Talk Show ‘Rekonfigurasi Peran NU di Afghanistan: Advokasi Moderasi Islam Dan Pemberdayaan Perempuan di Era Baru Taliban’  Ahad (12/9/2021), Etin menyampaikan setidaknya terdapat dua syarat untuk mencapai cita-cita kesetaraan gender pada perempuan Afghanistan. 

Pertama, memberikan akses edukasi bagi semua pihak, terkhusus perempuan. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah pintu utama yang dapat mendorong terciptanya kesetaraan gender bagi perempuan Afghanistan. 

“Dalam konteks negara modern, negaralah yang bertanggung jawab untuk memberi hak edukasi, hak vote, kepada perempuan. Kalau negara tersebut tidak menjamin, bagaimana perempuan bisa maju, bisa ke ruang publik,” paparnya. 

Persoalan pendidikan ini penting, lantaran terkait hak-hak perempuan, negara Muslim (Mayoritas beragama Islam) cenderung tergolong masih terbelakang. Hal ini ia sampaikan berdasarkan survei Gender Gap yang dikeluarkan oleh World Ekonomic Forum, tercatat bahwa negara Muslim (mayoritas beragama Islam) menduduki peringkat bawah dari 150 negara tersurvei. 

“Yang disurvei adalah hak-hak perempuan dalam pendidikan, partisipasi ekonomi, partisipasi politik, dan kesehatan. Bayangkan (negara Muslim tersurvei) lebih dekat ke bawah daripada ke atas,” jelas feminis Islam kelahiran Tasikmalaya tersebut. 

Syarat kedua, Etin menyebutkan diperlukannya international pressure atau tekanan internasional. Ia menyebutkan bahwa sebagai negara baru, Afghanistan memahami bahwa mendulang dukungan internasional adalah hal yang sangat penting. Suka atau tidak, Afghanistan akan menerima banyak international pressure. 

“International pressure ini tentang bagaimana negara pendonor meminta Afghanistan untuk dapat memerhatikan hak-hak perempuan,” pungkasnya. 

Menanti perubahan Afghanistan 
Pengamat intelejen As’ad Said Ali, menanggapi harapan masyarakat luas terkait perubahan baru di Afghanistan. Ia mengatakan bahwa apabila ditinjau melalui kacamata sejarah, Afghanistan dan Indonesia adalah dua hal yang berbeda.
 

“Kita harus sabar bicara soal akan terjadi perubahan di Afghanistan, itu bukan langsung mendadak. Budaya Afghanistan, Saudi, itu berbeda dengan kita,” ujar Kiai As’ad yang juga salah satu pembicara pada talk show tersebut. 

“Kita harus terus mendorong terjadinya perubahan yang bertahap. Misalnya, dengan adanya dialog antarperadaban (Taliban dengan pihak lain). Sedikit demi sedikit akan memengaruhi pelunakan sikap di dalam masyarakat budaya ini (Taliban),” imbuhnya. 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan

https://www.nu.or.id/post/read/131327/syarat-agar-kehidupan-perempuan-afghanistan-lebih-baik-di-bawah-pemerintahan-taliban–