Semangat Nasionalisme, Ini Dalilnya

17 Agustus 1945 hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena di hari itu Presiden RI yang pertama Ir H Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia setelah ratusan tahun dijajah oleh negara-negara kuat, seperti Belanda, Jepang dan Portugal.

Secara historis, kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus bertepatan dengan bulan Ramadhan, yang mana pada saat yang sama Rasulullah berhasil melakukan Fathu Makkah. Bahkan pada 17 Ramadhan Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai Rasul Allah sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an.

Dari peristiwa bersejarah itu, Hari Ulang Tahun (HUT) RI yang sering disemarakkan dengan ajang perlombaan, pidato dan orasi kebangsaan oleh sejumlah tokoh agama, hakikatnya mengingatkan pada generasi milenial bahwa kiai dan santri memiliki peran penting dalam kemerdekaan.

Jika dipisahkan sejarah itu, ibarat memisahkan laut dari asinnya atau memisahkan kopi dari manisnya. Karena Islam yang dibawa oleh ulama, tidak dipisahkan dari peran Nahdlatul Ulama (NU) yang terang-terangan melawan penjajah. Wajar setiap tanggal 09 Ramadhan tepatnya pukul 10.00 WIB, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari menginstruksikan pada seluruh warga NU untuk mengheningkan cipta dan mengenang kemerdekaan Indonesia. Karena saat itu, proklamasi digaungkan oleh Bung Karno.

Ini menunjukkan peran NU dalam kemerdekaan Indonesia sangatlah besar, dan dibuktikan dengan fatwa jihad atau dikenal resolusi jihad untuk menumpas Belanda dan sekutunya. Para kiai dan pendekar membentuk barisan Sabilillah. Para santri dan pemuda berjuang dalam barisan Hizbullah. Para kiai dan santri juga berbaur dengan pasukan regular guna melawan pasukan pemenang Perang Dunia II.

Poin penting dari fatwa resolusi jihad tersebut adalah siapapun yang mati di medan perang, maka dikatakan syahid. Karena apa yang dilakukannya demi keadilan, kemaslahatan masyarakat dan tanah air. Berikut salah satu hadits yang menghukumi mati syahid bagi orang yang melawan kejahatan demi membela diri:

عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Artinya: Diriwayatkan dari Said bin Zaid, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: Barang siapa yang dibunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid. Barang siapa yang dibunuh karena membela agamanya, maka ia mati syahid. Barang siapa yang dibunuh karena membela darahnya, maka ia mati syahid. Dan barang siapa yang dibunuh karena membela keluarganya ia mati syahid. (HR. Abu Daud, Al-Nasai, Tirmidzi, Ahmad. Hadits ini hasan sahih)

Dalam kitab Nawadir menyebutkan pula membela tanah air: 

مَنْ قُتِلَ دُوْنَ وَطَنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ

Artinya : Barang siapa terbunuh demi kemaslahatan tanah airnya, maka ia mati syahid. (Diriwayatkan oleh Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam kitab Zawaidil Musnad dan Alhakim Tirmidzi dalam kitab Annawadir dari Imam Ali bin Abi Thalib ra)

Berangkat dari semangat nasionalisme atau dikenal hubbul wathan minal iman, harus terpatri dalam sanubari anak bangsa. Untuk mengungkapkan rasa syukur ini, banyak kalangan habaib dan ulama mengobarkan semangat baru untuk menguatkan ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah dan Basyariyah. Menurutnya, kemerdekaan bisa terwujud guna menegakkan sendi-sendi keadilan dan kemakmuran rakyat, serta mengingatkan bahwa kemerdekaan lahir karena ada semangat perjuangan dan pengorbanan yang berdarah-darah.

Kemerdekaan yang sudah diraih bukan berarti perjuangan sudah berakhir. Artinya, segenap bangsa harus berjuang menguatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dengan demikian semangat nasionalisme yang merupakan paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara yang tercakup dalam kebhinnekaan, seperti ragam suku, budaya, bahasa, etnis, agama dan golongan, menjadi sumber kekuatan dalam membesarkan NKRI di masa kini dan masa yang akan datang. Karena tanah air yang Gemah Ripah Loh Jinawi merupakan perjuangan para pendahulu yang diamanatkan pada generasi penerus bangsa agar tercipta ketentraman, kesuburan, keadilan, dan kemakmuran. 


https://jatim.nu.or.id/keislaman/semangat-nasionalisme-ini-dalilnya-vpFEP