Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar memohon maaf kepada seluruh pengurus NU di semua tingkatan dan Nahdliyin atas keterlambatan PBNU dalam menjalankan roda organisasi akibat pandemi Covid-19 berupa penyelenggaraan Munas-Konbes dan Muktamar NU.
“Dengan tulus ikhlas, atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, saya mohon maaf sebesar-besarnya, kepada seluruh jajaran kepengurusan Nahdlatul Ulama di seluruh tingkatan, atas keterlambatan PBNU di masa pandemi Covid-19 ini dalam menjalankan organisasi sehingga belum bisa menjalankan Muktamar Ke-34 pada bulan Oktober 2021 sebagaimana keputusan Konferensi Besar yang dilaksanakan pada tahun 2020,” kata Kiai Miftach saat menyampaikan Khutbah Iftitah pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2021 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (25/9/2021).
Ia menyampaikan bahwa Munas Alim Ulama dan Konbes NU yang saat ini dilaksanakan adalah sebagai bagian dari upaya untuk membuat keputusan yang pasti tentang jadwal pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34.
Selain itu, penyelenggaraan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2021 ini dilaksanakan sebagai media bagi seluruh pengurus wilayah Nahdlatul Ulama yang memiliki hak untuk hadir dan mengikuti pelaksanaan Munas dan Konbes ini untuk menyampaikan aspirasi dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di wilayah masing-masing.
Satu tahun kurang satu bulan amanat Muktamar ke-33 telah terlewatkan, baik masa khidmat maupun programnya. Manakala belum ada yang tuntas, katanya, itu keterbatasan atau keteledoran dari pengurus.
“Kita sering mendengar kaidah yang berbunyi antara lain hanya karena dlarar (bahaya) yang belum jelas, belum nyata, akhirnya kita menarik dlarar yang nyata,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa Nahdliyin adalah kader dalam segala situasi yang siap menghadapi segala kondisi. Dunia dan isinya adalah ujian, sedangkan kita adalah makhluk proyeksi akhirat yang siap menghadapi semua tantangan guna memperoleh khairiyah (kebaikan) yang dinyatakan dalam sebuah hadis sahih.
“Hidup adalah sebuah perjuangan, hidup adalah sebuah gerakan, faidza faraghta fanshab, (ketika selesai beranjaklah, ayat 5 Al-Qur’an Surat al-Insyirah),” jelasnya.
Di akhir Khutbah Iftitah, Kiai Miftach mengajak seluruh peserta untuk meniatkan keikutsertaan dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2021 ini sebagai bentuk khidmat dalam menjalankan amanah dengan baik.
“Mari dengan tumaninah nawaitu berkhidmat dan dengan memohon ridha Allah swt amanah ini kita jalankan sebaik-baiknya,” ajaknya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan