Naskah Khutbah Idul Fitri 2021 Bahasa Indonesia – Merayakan Hari Kemenangan Di Tengah Pandemi

Merayakan Hari Kemenangan Di Tengah Pandemi
Merayakan Hari Kemenangan Di Tengah Pandemi

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ  اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ ،  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ ،  اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا،  وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا ،  وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ اِلدّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ ،  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ ، صَدَقَ وَعْدَهُ ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ ،  وَأَعَزَّ جُنْدَهُ ، وَهَزَمَ الأَحَزَابَ وَحْدَهُ ، لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَـرَنَـا أَنْ نُـقِيـْمَ الإِجْتِـمَـاعَ وَالإِتِّـحـَادَ وَالـتَّـوَدُّدَ بَـيْـنَ الْـعِبـَادِ وَنَهـَانـَا عَـنِ الـتَّـفَرُّقِ وَالتَّبَـاغُضِ وَالإبْتِعَـادِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ إِلَهٍ أَعَادَ اْلأَعْيَادَ ، وَادَّخَرَهَا بِكُلِّ عَمَلٍ فى يَـوْمِ الْـمَعَـادِ ،  وَأَطَالَ الأَجَالَ إِلَيْهَــا لِيَنَالـُوْا بِفَضْلِهَــا الْجَزَاءَ الْمُـؤَبَّـدَ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ اْلـفَـْردُ الـصَّـمَــدُ ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْحَـائِزُ الشَّـرَفَ فَـوْقَ اْلـعِبَـادِ ،  صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّـذِى أَرْشَـدَنَـا اِلَى سَـبِيْـلِ الـرَّشَـادِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَعْـتَـصِـمُـْونَ  بِشَـرِيـْعَـتِـهِ حَقَّ الْإِعْـتِمَـادِ ، وَسَلِّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الْـمَعَـادِ ،  أَمَّا بَعْدُ.

 فَيَا مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِّلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ  اللهَ قال فى القُرءانِ العَظيمِ:  وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (الشورى/30) مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ، إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (الحديد/22)

 وَاعْلَمُوْا أَيضاً أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ ، وَعِيْدٌ مُبَارَكٌ سَعِيْدٌ كَرِيْمٌ ، أُحِلَّ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامُ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامُ ،

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah salat Idul Fitri rahimakumullah

Alhamdulillah, pada pagi hari yang penuh kemuliaan ini, kita semua masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bisa bersujud, bersimpuh mengumandangkan takbir, mengagungkan nama Allah, bertahmid, mengucap syukur, berterima kasih kepada Allah, dan bertahlil, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala. Kita pun telah diberi anugerah oleh Allah bisa menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Pada hakikatnya, ibadah yang kita lakukan, bukan atas kuasa kita sendiri, namun semata-mata pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala. Selain bersyukur, sebagai orang beriman, kita semestinya bersedih hati karena Ramadan tahun ini sudah meninggalkan kita. Selama hidup kita, Ramadan tahun ini tidak akan kembali lagi sampai kapan pun. Seumpama kita dianugerahi oleh Allah bisa bertemu pada Ramadan di tahun mendatang, mestinya Ramadan mendatang bukanlah Ramadan tahun ini yang datang kembali lagi.

Pada tahun ini, untuk kedua kalinya, kita merayakan hari idul fitri dalam suasana pandemi Covid-19. Oleh karena itu, segala bentuk perayaan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah atas karunia Nya kita bisa menjalankan Ibadah pada Bulan Ramadan ini, harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan situasi pandemi yaitu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kebijakan pemerintah yang membatasi masyarakat untuk tetap menjaga 5 M; menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas, mari kita taati dan patuhi bersama. Apa yang diputuskan pemerintah tersebut tentu berdasarkan pertimbangan untuk menjaga kemaslahatan, agar wabah pandemi tidak semakin meraja rela, tidak semakin banyak masyarakat yang terpapar Covid-19. Hal itu sesuai dengan kaidah

 تَصَرُّفُ الْإِمَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ باِلْمَصْلَحَةِ    

(tashorruful imam ‘alar raiyah manuthun bil mashlahah).

Artinya:  Kebijakan pemerintah diorientasikan untuk menciptakan kemaslahatan.

Sebagai warga negara yang baik, sudah menjadi kewajiban kita untuk mentaati kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan tentang protokol kesehatan untuk mencegah penularan covid 19. Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam QS. al-Nisa: 59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ، فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ، ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (النساء/59)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah salat Idul Fitri rahimakumullah

Mari kita juga bermuhasabah, bahwa adanya pandemi covid-19 ini harus semakin menyadarkan kita bahwa memang “Allah Akbar” Allahlah yang paling maha dan serba maha. Hanya dengan izin dan kuasa Allah-lah semua itu terjadi dan juga sebaliknya. Sementara kita ini hanyaklah makhluk Allah yang lemah yang banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, momentum idul fitri ini kita jadikan pula sebagai pembuka kesadaran kita, untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, senantiasa memohon agar wabah covid 19 ini segera berakhir. Mari senantia kita ketuk pintu langit dengan doa, kita samakan langkah kita dengan penuh ikhtiyar dan usaha tetap melaksanakan protokol kesehatan, agar Covid 19 cepat reda dan berakhir, amin..amin ya robbal alamin.

Pada hari raya fitri ini, meskipun sebagian di antara kita terhalang oleh keadaan, jangan sampai kita lewatkan permohonan maaf kepada kedua orang tua walaupun sebagian di antara kita tidak bisa bertatap muka. Kita masih bisa saling memaafkan antar saudara, tetangga, teman, dan lain sebagainya dengan menggunakan fasilitas yang ada, jika pertemuan fisik tidak memungkinkan. Kita fungsikan media sosial yang kita punya sebagai sarana untuk merekatkan antarkeluarga, sesama muslim sehingga media sosial kita menjadi wasilah kita menuju ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah salat Idul Fitri rahimakumullah

Kondisi pandemi ini tidak berarti menghalangi kita untuk bersilaturohmi dan saling memaafkan antara keluarga, kerabat, saudara dan tetangga. Hanya saja bentuk silaturrohmi dan saling memaafkan melalu tradisi “sejarah” harus kita kurangi. Kita rubah polanya dari cara face to face (bertatap langsung) dengan pola baru daring dengan memanfaatkan media sosial yang ada, HP, WA dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan kaidah

مَا لا يُدْرَكُ كُــلُّه لا يُتْرَكُ كُلُّه

ma la yudroku kulluh la yutroku kulluh (sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan secara totalitas, maka jangan ditinggalkan secara totalitas).

Ketika silaturohmi secara ketemu langsung tidak bisa dilaksanakan, karena alasan pandemi, maka bukan berarti silaturohmi ditiadakan sama sekali, melainkan bisa dilaksanakan dengan cara lain, seperti dengan cara telpon, video call dan atau dengan media daring lainnya.

Hal yang sama bagi saudara-saudara kita yang saat ini tidak bisa mudik karena pandemi. Mereka tetap bisa bersilaturrohmi dengan kedua orang tua, sanak saudara secara online, daring dengan fasilitas telpon, whatshapp dan media lain. Kita harus melihat bahwa pembatasan mudik yang dilakukan pemerintah juga dalam konteks mencegah munculnya bahaya yang lebih besar yaitu semakin tingginya kluster baru dan penularan covid 19. Kita harus mengakui bahwa fakta saat ini menunjukkan bahwa tingkat penyebaran covid 19 masih tinggi, maka menjadi tepatlah kebijakan pemerintah yang membatasi mudik agar penyebaran dan penularan covid 19 tidak semakin merajalela. Hal itu sesuai dengan kaidah fiqhiyah:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ اَلمَصَالِحِ

dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholih (menghindarkan terjadinya mafsadah harus dikedepankan dibanding menarik kemaslahatan).

Mudik untuk bisa bersilaturrohmi dengan orangtua, keluarga, sanak saudara adalah maslahah. Tapi pada sisi lain, mudik juga berpotensi untuk memperburuk keadaan, semakin tingginya penyebaran Covid 19, dan ini adalah mafsadah. Maka menjadi logis jika pemerintah membatasi mudik untuk sementara waktu agar tidak semakin memperburuk keadaan yaitu semakin banyak munculnya mafsadah yaitu penyebaran covid 19.  

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah salat Idul Fitri rahimakumullah

Ramadan telah meninggalkan kita. Ramadan telah menempa dan mendidik kita selama satu bulan. Pada bulan Ramadan kita telah melakukan tranformasi nilai-nilai beragama (having religion). Selama satu bulan kita bisa salat berjamaah, membaca al-qur’an, qiyamul lail dengan melaksanakan salat tarawih dan amalan-malan sunnah lainnya. Saat ini kita masuk pada bulan syawwal yang berarti meningkat, tentu harus ada perbaikan dibanding 11 bulan yang lalu. Maka pada bulan syawal inilah, saatnya kita melakukan internalisasi nilai (having relegiues), kita teruskan ibadah yang kita laksanakan selama satu bulan penuh hingga 11 bulan yang akan datang. Jangan sampai yang terjadi adalah sebaliknya, kita kembali seperti semula. Kita kembali tidak salat berjamaah, kita berhenti dari baca al-Qur’an, kita berhenti dari qiyamullail dan amalan-amalan sunnah lainnya. Kalau yang terakhir ini yang terjadi, bukan peningkatan namanya melainkan penurunan. Bukan minal faizin yang berarti termasuk orang yang beruntung, tapi malah minal khosirin yang berarti termasuk orang yang merugi, karena kondisi saat ini lebih diburuk dibanding bulan lalu, yaitu di bulan Ramadan.

Mari sejenak kita renungkan Sabda Nabi Muhammad SAW ini:

اذا كَانَ اَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رمضانَ بَكَتْ السَّمَواتُ وَاْلأَرْضُ والملائِكَةُ مُصِيْبَةً لِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صلعم. قِيْلَ يَارسولَ اللهِ: أَيُّ مُصِيبَةٍ هِيَ؟ قاَلَ ذِهَابُ رمضانَ ، فإِنَّ الدَّعَواتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ والصَّدَقَاتِ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَناتِ مُضَاعَفَةٌ وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ

“ Jika detik-detik akhir bulan Ramadan tiba, langit, bumi dan seluruh malaikat  menangis, karena umat Muhammad akan mendapatkan mushibah. para sahabat ada yang bertanya. Musibah apa wahai Rasululloh? Rasululooh menjawab: (musibah tersebut) adalah berpamitannya bulan Ramadan. pada bulan tersebut, doa sangat mustajab. pahala shodaqoh akan diterima, pahala amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Alloh SWT dan dihindarkan dari seluruh siksa”

Hadis tersebut, meskipun sebagian ulama mengatakan dhaif,  setidaknya memiliki dua makna yang saling melengkapi. Pertama, langit, bumi dan malaikat menangis kaarena dzihabu Ramadan. Karena Ramadan dengan segala fasilitas dan keberkahan yang melekat padanya telah meninggalkan kita. Kedua, dzihabu Ramadan, bisa saja maknanya adalah hilangnya semengat ibadah yang pernah dimiliki umat Nabi Muhammad SAW selama bulan Ramadan. Ini pun juga musibah. Oleh karena itu langit, bumi dan maikatpun juga menangis, karena musibah sedang menimpa umat Nabi Muhammad SAW. Bagaimana tidak?. selama bulan Ramadan, kita bisa salat berjamaah, membaca al-Qur’an, qiyamullail, bersedekah dan sebagainya. Semua amalan tersebut kita laksanakan dengan penuh semangat dan keikhlasan. Tapi ketika bulan syawal tiba, lantas semuanya berhenti, maka tentu ini juga merupakan musibah yaitu hilangnya sengat ibadah yang pernah kita miliki selama bulan Ramadan.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ وَللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah salat Idul Fitri rahimakumullah

Mari kita jadikan momen hari raya idul fitri ini untuk memperbaiki pola relasi kita dengan Alloh SWT dengan senantiasa menjaga keberlangsungan ibadah dan amalan saleh yang telah kita mulai dan telah kita kerjakan selama bulan Ramadan. Pun juga kita jadikan idul fitri ini untuk memperbaiki hubungan silaturrohmi kita dengan saudara, tetangga, kolega dan sebagainya, sehingga kita termasuk ‘aidin yaitu orang yang kembali kepada kesucian dan menjadi orang yang faizin, orang-orang yang beruntung. amin ya robbal alamin.

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلفَائِزِيْنَ اْلآمِنِيْنَ ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ ، فقـد قال تعـالى في كتـابه الكـريـم ، أعـوذ بـالله من الـشــيـطان الـرجـيم ، بســم اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى ،  وَذَكَرَ اسْمَ  رَبِّهِ فَصَلىَّ ،  وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Kuthbah Tsaniyah

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ  كَبِيْرًا ، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا ،   وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً  وَأَصِيْلاً  ،  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ،  اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ مِنْ عَوَائِدِ اْلإِحْسَانِ وَفَوَائِدِ اْلإِمْتِنَانِ ، مِنْ رَبِّ اْلمَلِكِ اْلحَنَّانِ ،  إِلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ يَجْتَهِدُوْنَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ،  بِالصِّيَامِ وَالتَّرَاوِيْحِ وَتِلاَوَةِ اْلقُرْآنِ ،  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ اْلـمَنَّانُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى دَارِ الْجِنَانِ ،  وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْعِلْمِ وَاْلعِرْفَانِ ،  وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،  أَمَّا بَعْدُ،

فَيَآأَيُّهَا اْلإِخْوَانُ رَحِمَكُمُ اللهَ ، أُوْصِيْكُمْ  وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ،  وَاْعلَمُوْا يَا إِخْوَانِي رَحِمَكُمُ اللهَ أَنَّ يَوْمَكُمْ  هَذَا يَوْمُ اْلعِيْدِ وَيَوْمُ اْلفَرَحِ وَالسُّرُوْرِ ،  فَاشْكُرُوا اللهَ تَعَالَى بِالتَّكْبِيْرِ وَالتَّهْلِيْلِ إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ،  فَقَالَ اللهَ تَعَالَى جَلَّ جَلاَلُهُ عَلِيْمًا ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى ، يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ ، وَعَلَى آَلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ ، وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلِى يَوْمِ الدِّيْنِ ، وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ ، وَاْلـمُسْلِمِيْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَأُمَّتَنَا، وَقُضَاتَنَا وَعُلَمَاءَنَا، وَفُقَهَاءَنَا وَمَشَايِخَنَا، صَلاَحًا تَامًّا عَامًّا،  وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ ،  اَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ،  وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ،  وَفُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ،  وَفَرِّجْ عَنِ اْلمَكْرُوْبِيْنَ،  وَاقْضِ الدَّيْنَ عَلَى اْلـمَدْيُوْنِيْنَ،  وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا،  وَعَلَى الْحُجَّاجِ وَالْغُزَّاةِ وَالْمُسَافِرِيْنَ، . إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،

اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَاْلـمُنْكَرَ وَاْلبَغْىَ وَالسُّيُوْفَ اْلـمُخْتَلِفَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلـمُسْلِمِيْنَ عَامَةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.،

Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag.
(Sekretaris PCNU Ponorogo)

https://nuponorogo.or.id/naskah-khutbah-idul-fitri-2021-bahasa-indonesia-merayakan-hari-kemenangan-di-tengah-pandemi/

Author: Tim Redaksi