Jakarta, NU Online
Menteri Agama Republik Indonesia (2014–2019), Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan kitab Nabiyurrahmah sebagai kitab kekinian yang sanadnya tersambung kepada Ulama Perempuan. Hal itu disampaikan dalam acara khataman dan ijazah kubra kitab Nabiyurrahmah, Senin (10/5).
“Catatan saya bahwa kitab kuning Nabiyurrahmah ini hakikatnya adalah kitab kuning kekinian, bukan kitab kuning yang disusun dan dibuat pada abad ketiga keempat Hijriah. Tetapi kitab kuning kekinian yang hakikatnya melanjutkan tradisi keilmuan di kalangan umat, apalagi temanya mengangkat sejarah kisah-kisah Rasul yang penuh kasih sayang dan menebarkan kasih sayang,” kata Lukman.
Sebab menurutnya, selama ini jarang sekali sejarah yang membahas secara khusus bagaimana cara Nabi menebar kasih sayang. Justru yang banyak dimuat sejarah terkait kisah Nabi hanya seputar peristiwa peperangannya saja. Dan kitab Nabiyurrahmah ini secara khusus membahas hal ihwal Nabi yang pengasih dan penyayang.
“Dan yang luar biasa bahwa Ijazah yang saat ini diberikan yang paling tinggi derajatnya, karena langsung diberikan oleh pengarang kitab ini, yaitu, KH Faqih Abdul Qodir,” ungkapnya.
Selain mengapresiasi, Lukman pun memberi usulan agar kitab ini dilengkapi dengan hadits-hadits pilihan yang lebih komprehensif dari berbagai aspek dan disertakan juga terjemahan untuk memudahkan setiap orang yang hendak mengaksesnya.
“Sehingga yang mengakses kitab ini bisa lebih banyak bukan hanya yang mampu berbahasa Arab tetapi juga orang Awâm bahkan milenial,” tutur Kepala Program Kajian Lakpesdam NU, 1989–1995 ini.
Anggota Majelis KUPI, Ninik Rahayu, yang juga hadir dalam acara khataman juga mengapresiasi dan mengutarakan rasa syukur atas terlaksananya acara Ramadhan Salam Ngaji Kebangsaan: Ngaji Kitab Nabiyurrahmah. Senada dengan Lukman, Ninik pun sependapat bahwa menghadirkan agama untuk perdamaian itu adalah misi utama agama.
“Karena agama hadir untuk membawa kedamaian dan kerahmatan, yang disampaikan melalui dialog yang ramah dan penuh dengan rahmah,” kata Ninik.
Namun, menurutnya, Ia masih menyayangkan sampai saat ini masih ada sebagian kelompok yang salah paham memaknai agama dengan menebar ketakutan melalui ujaran-ujaran yang tidak sehat.
“Padahal disampaikan oleh Rasulullah dalam memberikan tablig harus dengan santun, dengan baik, dan tidak menghujat,” terangnya.
Maka, salah satu solusinya, kata Ninik, adalah dengan memperbanyak mengadakan dialog-dialog positif yang berisikan pesan rahmatan lil ‘alamin.
“Apalagi kita sudah dipermudah dengan hadirnya penunjang seperti kitab Nabiyurrahmah ini, sehingga orang akan mudah mencari rujukan kalau ada pihak-pihak yang mencaci dengan mengatasnamakan agama,” ungkap Anggota Ombudsman RI ini.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad